sekolah kita |
Tampilkan posting dengan label Fisikawan Indonesia. Tampilkan semua posting
Tampilkan posting dengan label Fisikawan Indonesia. Tampilkan semua posting
Kamis, 28 Januari 2010
Prof. Nelson Tansu, Ph.D
Prof.
Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20
Oktober 1977. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun
1995 dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).
Setelah menamatkan SMA, ia memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships
untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika
di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Tawaran ini
diperolehnya karena ia menjadi salah satu finalis TOFI. Ia berhasil
meraih gelar bachelor of science kurang dari tiga tahun dengan predikat summa cum laude.
Setelah
menyelesaikan program S-1 pada tahun 1998, ia mendapat banyak tawaran
beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat.
Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan
meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei
2003.
Selama menyelesaikan program doktor, Prof. Nelson memperoleh berbagai prestasi gemilang di antaranya adalah WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award. Penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires juga meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.
Setelah
memperoleh gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten
profesor dari berbagai universitas ternama di Amerika Serikat. Akhirnya
pada awal tahun 2003, ketika masih berusia 25 tahun, ia menjadi asisten
profesor di bidang electrical and computer engineering, Lehigh University. Lehigh University merupakan sebuah universitas papan atas di bidang teknik dan fisika di kawasan East Coast, Amerika Serikat.
Saat
ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika,
Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat
master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik
Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya
telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah
internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di
berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai
kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson
telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan
risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni
bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.
Ketika
masih di Sekolah Dasar, Prof. Nelson gemar membaca biografi para
fisikawan ternama. Ia sangat mengagumi prestasi para fisikawan tersebut
karena banyak fisikawan yang telah meraih gelar doktor, menjadi profesor
dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil menemukan teori (eyang Einstein) ketika masih berusia muda.
Karena membaca riwayat hidup para fisikawan tersebut, sejak masih
Sekolah Dasar, Prof. Nelson sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi
profesor di universitas di Amerika Serikat.
Walaupun
saat ini tinggal di Amerika Serikat dan masih menggunakan passport
Indonesia, Prof. Nelson berjanji kembali ke Indonesia jika Pemerintah
Indonesia sangat membutuhkannya.
Hans Wospakrik
Pada
awal tahun 1980-an, sambil melanjutkan studi pasca sarjananya, Hans
pernah mengadakan riset bersama Martinus J.G. Veltman di Utrecht,
Belanda. Veltman adalah Fisikawan peraih nobel fisika tahun 1999. Ketika
pindah ke Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat, Veltman ngotot mengajak
Hans untuk bersama-sama dengannya melakukan riset di sana. Hal ini
menunjukan bahwa Hans adalah fisikawan yang cemerlang.
Hans
Wospakrik adalah seorang fisikawan Indonesia yang merupakan dosen
fisika teoritik di Institut Teknologi Bandung. Hans adalah seorang yang
mendapatkan penghargaan fisikawan terbaik oleh Universitas Atma Jaya
Jakarta atas pengabdian, konsistensi, dan pengorbanannya yang tinggi
dalam penelitian di bidang fisika teori. Ia memberi sumbangan berarti
kepada komunitas fisika dunia berupa metode-metode matematika guna
memahami fenomena fisika dalam partikel elementer dan Relativitas Umum
Einstein. Hasil-hasil penelitiannya ini dipublikasikannya di
jurnal-jurnal internasional terkemuka, seperti Physical Review D,
Journal of Mathematical Physics, Modern Physics Letters A, dan
International Journal of Modern Physics A.
Dengan
tujuh hasil penelitian yang menembus jurnal internasional terkemuka,
tiga hasil penelitian diterbitkan jurnal online yang bersifat
internasional, tak terhitung penelitiannya yang diterbitkan jurnal dan
prosiding dalam negeri, serta menghabiskan waktu sebagai pegawai negeri
mengajar dan membimbing mahasiswa di ITB, Dr Hans J Wospakrik yang
meninggal pada 11 Januari 2005 dihargai pemerintah hanya sampai golongan
IV-A, lektor kepala. Setelah mengetahui publikasi Hans yang menembus
Physical Review D, padahal waktu itu Hans masih dengan gelar sarjana,
belum PhD, Prof Dr Ryu Sasaki dari Institut Fisika Teori Yukawa di
Kyoto, Jepang geleng-geleng kepala mengetahui Hans hanya dihargai
pemerintah dengan golongan pangkat yang tidak memadai. Prof Dr Ryu
Sasaki mengatakan bahwa bila menggunakan syarat-syarat di Jepang, Hans
adalah satu dari sedikit ilmuwan di Indonesia yang berhak mendapat gelar
profesor.
Santun, ramah, dan
penolong. Inilah kesan yang dibawa setiap orang yang pernah berjumpa
dengan Hans. Sikap ini tidak hanya diperlihatkannya secara alami kepada
rekan-rekannya sesama pengajar, tetapi juga kepada
mahasiswa-mahasiswanya. Sebagian besar kawan-kawannya dan mahasiswanya
mengatakan belum pernah melihat Hans marah. Paling-paling dia diam kalau
ada yang tidak berkenan di hatinya. Diam itu pun biasanya segera cair.
Sebagai
pegawai negeri, Hans memperlihatkan hubungan berbanding langsung antara
gaji dan kehidupan. Pada sebagian besar pegawai negeri, hubungan gaji
dan kehidupan adalah berbanding terbalik sebab dengan gaji kecil (gaji
pokok pegawai dengan golongan tertinggi IV-E tidak lebih dari Rp 4
juta), banyak pegawai negeri punya rumah lebih dari satu, mobil lebih
dari satu, deposito dalam orde miliar rupiah. Hans selama hidupnya
sebagai pegawai negeri tidak sempat memiliki rumah, tidak pernah
memiliki mobil, bahkan sepeda motor. Setiap tahun ia harus memperbarui
kontrak rumahnya, ke kampus naik angkot. Tak jarang ia pulang malam dari
kampus jalan kaki setelah menempuh tujuh kilometer sebab angkot menuju
rumahnya sudah tidak beroperasi lagi. Dalam hal ini, satu lagi predikat
harus disematkan ke pundaknya : Pegawai Negeri Terbaik.
Kebaikan-kebaikannya
inilah yang menumbuhkan pilu ketika menyaksikan bagaimana rumah sakit
memperlakukan seorang fisikawan Indonesia yang luar biasa ini di akhir
hidupnya. Karena kekurangan uang panjar, dua hari pertama Hans yang
menderita leukemia itu tidak mendapatkan obat dari rumah sakit tempat ia
terakhir dirawat. Begitu ada uang tambahan, barulah rumah sakit mulai
memberikan obat. Beberapa jam setelah itu Hans mengembuskan napasnya
yang terakhir. Di kamar jenazah, tubuh Hans harus menunggu suntik
formalin karena keluarga harus pontang-panting mengumpulkan uang
sebanyak Rp 1 juta. Kartu kredit tidak berlaku di ruang jenazah itu.
Dokter menunggu uang terkumpul. Untung ada Karlina Supelli, seorang yang
bertanya ke dokter, “Saya punya beberapa dollar dan rupiah yang kalau
dikumpulkan sekitar Rp 1 juta. Apakah ini dapat diterima?” Sang dokter
langsung memungut uang itu dan formalin seketika disuntikkan. Karlina
adalah adik kelas Hans di ITB. Karlina di Departemen Astronomi, Hans di
Departemen Fisika. Keduanya mendalami kosmologi. Keduanya menulis
skripsi dengan pembimbing yang sama: Dr Jorga Ibrahim. Keduanya lulus
cum laude.
Dari Atomos Hingga Quark
adalah sebuah buku hasil karya Hans yang menceritakan mengenai pencarian
manusia sepanjang sejarah mengenai penyusun terkecil dari materi-materi
alam ini. Berawal dari Yunani di mana para filsuf saat itu berfilsafat
mengenai penyusun terkecil setiap materi, Jazirah Arab yang disinggung
oleh Hans sebagai pemegang “obor pengetahuan” berikutnya setelah Yunani,
ilmu alkemi, reaksi nuklir yang “menceritakan” pada kita tentang
keberadaan atom, proton dan neutron, sampai temuan saat ini mengenai
satuan materi yang lebih kecil, yaitu quark. Pada halaman depan buku
tersebut, Prof. Dr. Martinus J.G. Veltman mengatakan : “Dari
publikasinya … saya lihat dia betul-betul terus bekerja sebaik mungkin
dalam teori partikel. Orang seperti Hans besar sekali nilainya buat
negeri yang mulai memasuki komunitas riset dunia. Kita merasa
kehilangan”. Dia adalah ilmuwan terbaik (Indonesia) yang pernah kita
miliki.
0 komentar:
Posting Komentar